PP. Kyai Galang Sewu Semarakkan Upacara Kemerdekaan RI Ke-79

KGS-News

Tembalang, Lensa- Sabtu (17/8).  Pondok Pesantren Kyai Galang Sewu (PP. KGS) menggelar upacara Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) ke-79 dimulai pukul 7:30 WIB. Acara ini merupakan kegiatan tahunan yang selalu diadakan di PP. KGS. Upacara dihadiri oleh seluruh sivitas Pondok Pesantren Kyai Galang Sewu Tembalang Semarang dengan berseragam sarung, baik dari petugas hingga semua peserta upacara.

Upacara dibuka oleh petugas protokol dengan pemimpin upacara memasuki upacara dan menyiapkan barisan. Pembina upacara memasuki lapangan upacara kemudian dilanjutkan dengan laporan pemimpin upacara kepada pembina bahwa upacara siap dilaksanakan.  Pengibaran bendera merah putih diiringi paskibraka yang membawa 9 bendera menjadi ciri khas dari adat upacara yang digelar di pondok pesantren ini. Peletakan sembilan bendera ini melambangkan 9 wali songo sebagai pahlawan nasional.

Penuh khidmat, usai lagu mengheningkan cipta selesai dinyanyikan oleh petugas paduan suara, pembina upacara menutup dengan tawashul kepada para syuhada dan diikuti pembacaan fatihah oleh seluruh pasukan upacara. Acara selanjutnya yaitu pembacaan text Pancasila, pembacaan Undang-Undang Dasar (UUD), pembacaan proklamasi, lalu amanat pembina upacara oleh Bapak KH. Muhammad Nur Salafuddin Al-Hafidz selaku PP. KGS Semarang. Berikut kurang lebih isi amanat beliau.

“BAGAIMANA SANTRI MEMAKNAI KEMERDEKAAN?”

  1. Meningkatkan rasa syukur dan terima kasih kepada para pejuang yang mengantarkan kemerdekaan.

Kita harus bersyukur bahwa Allah masih menjaga bumi pertiwi, selain itu juga perlu meningkatkan rasa terima kasih kepada para pejuang. “ﻭَﻣَﻦْ ﻟَﻢْ ﻳَﺸْﻜُﺮِ ﺍﻟﻨَّﺎﺱَ ﻟﻢَ ْﻳَﺸْﻜُﺮِ ﺍﻟﻠﻪَ” (barangsiapa yang tidak bersyukur pada manusia, maka tidak bersyukur pada Allah). Salah satunya melalui upacara ini, wujud bersama memperingati kemerdekaan sebagai rasa syukur dan rasa terima kasih kepada para pejuang yang telah mengantarkan Indonesia menjadi negara yang “بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ”.

  1. Mengingat sejarah

Kita harus selalu mengenang bahwa merah putih ini berkibar tidaklah mudah, penuh dengan darah yang mengalir dari ribuan nyawa yang telah hilang. Maka kita harus senantiasa membuat para pejuang tersenyum dengan cara memenuhi apa yang menjadi harapan dan cita-cita para pejuang.

  1. Berperang melwan hawa nafsu.

Hari ini kita tidak mengangkat senjata seperti dulu, saat ini yang harus kita lakukan adalah perjuangan untuk melawan hawa nafsu Peperangan yg paling besar adalah perang melawan hawa nafsu. Mari Melawan kebodohan, berjuang melawan kemalasan egoisme. Kita harus belajar segiat mungkin. Indonesia sudah dipertaruhkan sekuat mungkin, dan dunia sudah berubah.

  1. Sebagai rakyat Indonesia khususnya sebagai santri harus selalu adaptif, inovatif, dan relevan.

Kita harus sadar bahwa ponpes adalah lembaga pendidikan tertua di Indonesia. Di pondok para kyai, santri menjadi garda terdepan melawan penjajah. Ketahuilah dan ingatlah bahwa ratusan santri, kyai gugur di medan perang.

“Sementara kita saat ini hanya disuruh ngaji ngaji ngaji, melawan ngantuk atau malas. Maka jangan merasa sebagai santri yang paling berat perjuangannya karena dibandingkan dengan santri zaman dahulu tidak ada apa-apanya” (tegas beliau).

  1. Modal santri berjuang adalah cengkir (kencengnya pikir)

Jika sekarang kita di pondok merasa berat, ingat bahwa dulu santri tidak hanya dengan cengkir (kencengnya pikir) sangunya santri zaman dulu tetapi harus bertaruh tenaga nyawa untuk belajar bahwa pondok-pondok yang sampai dibakar oleh penjajah. Maka bersyukurlah,

 لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ

Artinya: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.

  1. Kemerdekaan bukan dengan euforia tetapi dengan memperbaiki akhlak dan iman

Apabila kita benar2 mensyukuri kemerdekaan ini dengan isi merawat sebaiknya dengan akhlak dan dengan memperbanyak ilmu yang diperlukan baik ilmu agama maupun ilmu yang relevan diperlukan.

  1. Jangan jadi generasi lembek tapi menjadi generasi emas menuju era Indonesia emas

Cara berjuang di zaman sekarang cukup dengan mengangkat alat tulis atau kitab agar membuat para pendahulu senang. Sebagaimana semangatnya para pejuang dahulu, mengapa bisa semangat dalam memperjuangkan kemerdekaan? Karena iman yg kuat. Mengapa iman bisa kuat? Karena faham penerapan ilmu agama. Maka semangat kita jangan mau kalah. Lebih kuat semangat dalam melawan berbagai ujian dalam belajar. Kita buktikan bahwa menjadi hamba yang senantiasa mengabdi pada negara pada bumi pertiwi. Insyaallah kita akan mendapat apresiasi dari kanjeng nabi sebagai

خَيْرُ النَّاسِ أنْفَعُهُمْ لِنَّاسٍ

Upacara dilanjutkan dengan menyanyikan lagu يَا لَلْوَطَن, bagimu negeri dan syukur dan ditutup dengan pembacaan doa dan laporan upacara selesai dan dibubarkan ditutup dengan penghormatan serta sesi foto-foto.

Penulis : Inay (KGS/Red)

Editor : Kiki (KGS/Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *