Halal Bihalal Kyai Galang Sewu : Belajar Menempa Diri dari Abah Kyai Budi Harjono

KGS-News

“Orang yang tidak mau ditempa maka dia akan menjadi bunga tanpa aroma. Kamu akan gelak tanpa tawa, bahkan bisa menangis tanpa air mata—Syaikh Maulana Rumi.”

Tembalang — Kembali digelar, kegiatan tahunan Halal Bihalal Pondok Pesantren (Ponpes) Kyai Galang Sewu berlangsung dengan sukses dan meriah (29/5). Bertempat di Masjid Al-Ikhlas Jurang Blimbing, kegiatan dimulai dari pukul 07.00 sampai 12.00 WIB dan dihadiri oleh para ustadz, tokoh masyarakat, santri, alumni, dan warga sekitar. 

Menilik pada tema HBH tahun ini “Perkuat Ukhuwah Islamiyyah di Bulan yang Pernah Berkah”, pada sambutannya, Bapak Kyai M. Nur Salafuddin A.H. — pengasuh ponpes Kyai Galang Sewu, menuturkan bahwa acara Halal Bihalal (HBH) ini menjadi perekat sekaligus penguat untuk menjalin ukhuwah dan persaudaraan diantara kita.

“Terdapat tiga level (tingkatan) silaturahmi, level 1 — yaitu merekatkan hubungan yang sudah jauh, misalnya mendatangi teman atau keluarga yang rumahnya jauh. Level 2 — yaitu mendekatkan yang jauh, yaitu bersilaturahmi. Level 3 — yaitu menyatukan persaudaraan yang sudah putus, ini lebih mulia karena telah menyelamatkan persaudaraan agar tetap bisa terjaga”, jelas Bapak Salaf, panggilan akrab santri kepada beliau.

Acara semakin meriah ketika Abah Kyai Budi Harjono menyampaikan mauidhoh hasanahnya. Meskipun hujan, tetapi iringan tabuhan rebana, lantunan sholawat, dan tarian sufi turut memeriahkan acara HBH tahun ini.

Dalam mauidhoh hasanahnya, beliau menyampaikan jika bukan hanya hujan air, tapi acara HBH tersebut juga disirami hujan cahaya. Hujan air jatuh di bumi akan melahirkan tanaman dan pepohonan. Tetapi hujan cahaya akan jatuh di hati dan menumbuhkan sifat terpuji.

Lebih lanjut, Abah Kyai Budi Harjono menyampaikan wawasan mengenai penempaan diri. Menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah, demikian yang diartikan penempaan diri. Penempaan yang diberikan Allah ini bertujuan baik. Allah memberi perintah demi kemuliaan dan memberi larangan demi keselamatan.

“Dalam sunnatullah, kematangan tanpa penempaan tidak ada. Barang siapa mencari kemuliaan tanpa prihatin, maka akan berhasil hanya setelah burung gagak berbulu putih. Barang siapa mencari keluhuran tanpa menepis kesusahan, maka sama halnya dengan membuang umur untuk mencari hal yang mustahil,” tegas beliau.

Penampilan tarian sufi turut membuat acara HBH semakin menarik perhatian. Dijelaskan oleh Abah Kyai Budi Harjono, filosofi tari sufi yaitu: “Aku jual kemapanan, aku beli kebingungan, karena ketika masuk dalam bingung maka lahir kepasrahan. Dan di balik pasrah, lahirlah keajaiban.”

Di akhir acara, Abah Kyai Budi Harjono berpesan jika acara halal bihalal jangan dimaknai secara simbolik dengan jabat tangan semata. Jauh dari itu, kita hidup dalam kegelapan. Yang penting yaitu saling menyapa dan saling bersentuhan untuk bergandengan tangan menuju cahaya.

Author: Hassa & Qudri

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *