Author : Hafids Haryonno, Sultan Naufal Haruni (Juara 1 Lomba Esai RnE KGS 2025)
Pendidikan merupakan hak fundamental bagi setiap anak, termasuk mereka yang memiliki disabilitas. Namun, akses pendidikan inklusif di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan. Banyak sekolah belum sepenuhnya ramah disabilitas, guru masih terbatas dalam kemampuan mengajar inklusif, serta sarana dan media pembelajaran yang sesuai masih jarang ditemukan. Kondisi ini berimplikasi pada rendahnya partisipasi anak disabilitas dalam dunia pendidikan, padahal mereka memiliki potensi besar untuk berkembang.
Data UNICEF dan Bappenas 2023 menyatakan bahwa 36 % anak penyandang disabilitas di Indonesia tidak bersekolah, jauh lebih tinggi dibandingkan 8 % pada anak tanpa disabilitas (https://www.unicef.org/indonesia). Berdasarkan laporan Statistik Pendidikan 2024 dari Badan Pusat Statistik (BPS), 17,85% dari penyandang disabilitas yang berumur lebih dari 5 tahun di Indonesia belum pernah mendapatkan pendidikan formal. Angka ini sangat berbeda dengan jumlah orang tanpa disabilitas yang hanya 5,04%. Perbedaan ini semakin jelas terlihat jika melihat pada jenjang pendidikan tertinggi yang diraih. Sekitar 4,51% penyandang disabilitas tidak pernah bersekolah, 12,04% tidak menyelesaikan pendidikan dasar, 31,66% memiliki ijazah SD atau setara, 24,03% mendapatkan ijazah SMP atau setara, 22,17% meraih ijazah SMA/SMK atau setara, dan 5,58% berhasil memperoleh ijazah perguruan tinggi (https://bps.go.id).
Sebagian besar penyandang disabilitas hanya menamatkan pendidikan di tingkat SD, dan 48,21% dari mereka memiliki pendidikan SD atau kurang. Sementara itu, angkatan non-disabilitas pada level pendidikan yang sama hanya mencapai 27,84%. Meike Anastasia selaku Koordinator Kelompok Kerja Pendidikan Inklusif dari Direktorat Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus Kemendikbudristek menyatakan bahwa hanya 64% dari perkiraan jumlah anak disabilitas di Indonesia yang mendapatkan pendidikan. Beberapa alasan untuk situasi ini adalah masalah biaya, merasa tidak berdaya, dan penolakan dari institusi pendidikan. (https://data.goodstats.id).
Pendidikan inklusif bagi anak disabilitas di Indonesia juga masih terkendala oleh beberapa permasalahan, seperti minimnya media pembelajaran yang sesuai kebutuhan khusus. Anak tunanetra, tunarungu, autisme, dan disleksia masih sulit mengakses materi belajar yang ramah bagi kondisi mereka. Sehingga, masih banyak sekolah tidak memiliki fasilitas yang diperlukan untuk mengakomodasi siswa penyandang cacat, yang menghambat partisipasi mereka (Borba et al., 2024). Keterbatasan kompetensi guru inklusif juga masih menjadi permasalahan. Dimana tidak semua tenaga pendidik memiliki keterampilan khusus dalam mengajar anak disabilitas dengan metode adaptif. Sehingga masih ada kekurangan penting dalam pelatihan bagi guru untuk menerapkan strategi pengajaran inklusif secara efektif
(Oranga et al., 2024).
Selain itu kurangnya platform digital inklusif juga masih menjadi hambatan. Meski aplikasi pendidikan banyak bermunculan, sebagian besar tidak didesain khusus untuk kebutuhan anak disabilitas. Materi pembelajaran dan media yang sesuai untuk anak-anak penyandang disabilitas seringkali tidak tersedia (Madanih, 2023). Kondisi-kondisi tersebut menunjukkan bahwa sistem pendidikan masih belum sepenuhnya memberikan keadilan bagi semua, sehingga inovasi menjadi kunci. Di era digital, teknologi semestinya mampu menjadi jembatan untuk menghapus kesenjangan tersebut. Sayangnya, pemanfaatan teknologi pendidikan di Indonesia masih minim dalam konteks disabilitas. Padahal, inklusivitas pendidikan telah menjadi komitmen global dalam Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya Tujuan 4: Quality Education. Oleh karena itu, dibutuhkan terobosan baru yang berbasis teknologi sekaligus berakar pada semangat lokal Nusantara untuk menjawab tantangan ini.
SamaraEdu AI: Aplikasi Pintar Pendukung Belajar Anak Disabilitas Sebagai wujud inovasi anak bangsa, lahirlah gagasan SamaraEdu AI, sebuah aplikasi pintar yang dirancang untuk mendukung pembelajaran anak disabilitas. Nama Samara yang berarti harmoni dan kebersamaan mencerminkan nilai gotong royong khas Nusantara, sementara teknologi kecerdasan buatan (AI) membawa semangat modernitas yang mampu bersaing di ranah global.
Rancangan Logo SamaraEdu AI
SamaraEdu AI nantinya dirancang untuk menjadikan peran teknologi dalam menjembatani kesenjangan dalam dunia pendidikan. Ribeiro (2024) dalam artikelnya menyatakan hadirnya AI dapat mempersonalisasi pengalaman belajar, membuat pendidikan lebih mudah diakses dan disesuaikan dengan kebutuhan individu (Ribeiro et al., 2024).
Lingkungan belajar yang mudah diakses dapat ditingkatkan dengan pemanfaatan teknologi yang tepat. Teknologi dapat menciptakan lingkungan belajar adaptif yang menanggapi beragam kebutuhan pendidikan dan mempromosikan inklusivitas (Ribeiro et al., 2024). Integrasi teknologi selaras dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, khususnya Tujuan 4, yang menekankan pendidikan berkualitas untuk semua (Borba et al., 2024).
Sementara potensi teknologi dalam mendorong pendidikan inklusif sangat signifikan, penting untuk mengatasi implikasi etika dan memastikan akses yang adil ke sumber daya ini. Fokus ganda pada inovasi dan kesetaraan ini akan sangat penting bagi keberhasilan penerapan pendidikan inklusif di Indonesia.
Fitur-Fitur SamaraEdu AI
SamaraEdu AI hadir sebagai solusi cerdas untuk menjawab tantangan pendidikan inklusif. Aplikasi ini memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk mendukung anak disabilitas dalam proses belajar. Berikut adalah fitur-fitur yang ditawarkan SamaraEdu AI meliputi :
- Text-to-Speech & Speech-to-Text → mempermudah anak tunanetra dan tuna wicara dalam memahami serta menyampaikan materi.
- Translasi Bahasa Isyarat AI → mendukung tunarungu dalam berkomunikasi dengan guru dan teman sekelas.
- Mode Game Edukatif → membantu anak dengan autisme atau disleksia belajar melalui permainan interaktif yang adaptif.
- Rekomendasi Belajar Personal → AI menyesuaikan materi sesuai kemampuan unik tiap anak, menciptakan personalisasi belajar.
- Dashboard Guru & Orang Tua → memantau perkembangan anak secara real- time sehingga pembelajaran lebih terarah.
Lebih dari sekadar aplikasi, SamaraEdu AI adalah refleksi nilai lokal Indonesia yakni gotong royong dan inklusivitas. Aplikasi ini mengajak masyarakat untuk percaya bahwa setiap anak, tanpa kecuali, memiliki hak dan kesempatan untuk berkembang.
Analisis SWOT SamaraEdu AI
SamaraEdu AI
SamaraEdu AI | |
STRENGTHS (KEKUATAN) | WEAKNESSES (KELEMAHAN) |
• Mengangkat nilai lokal (gotong royong, inklusivitas) sekaligus berpadu dengan teknologi global (AI).
• Fitur inovatif: text-to-speech, speech to-text, translasi bahasa isyarat AI, game edukatif adaptif, rekomendasi belajar personal. • Memberikan manfaat ganda: untuk anak disabilitas, guru, orang tua, Indonesia, dan dunia. • Selaras dengan SDGs (Goal 4: Quality Education). • Dapat dijadikan role model pendidikan inklusif berbasis teknologi dari Indonesia untuk dunia. |
• Membutuhkan investasi besar (riset AI, infrastruktur, perangkat).
• Kesiapan guru/orang tua untuk menggunakan aplikasi mungkin rendah. • Kesenjangan akses digital di daerah 3T masih tinggi. • Potensi tantangan dalam menjaga keberlanjutan finansial dan pemeliharaan aplikasi. |
OPPORTUNITIES (PELUANG) | THREATS (ANCAMAN) |
• Dukungan kebijakan pemerintah untuk pendidikan inklusif dan transformasi digital.
• Tren global EdTech yang terus berkembang. • Bisa bekerja sama dengan startup, NGO, universitas, dan komunitas internasional. • Potensi pasar luas, baik nasional maupun global. • Dapat meningkatkan citra Indonesia sebagai pelopor inovasi pendidikan inklusif di ASEAN. |
• Persaingan dengan aplikasi pendidikan global yang sudah mapan. • Risiko penyalahgunaan data anak (isu privasi & keamanan digital).
• Kesenjangan teknologi antarwilayah (akses internet, perangkat). • Resistensi dari pihak yang belum siap menerima inovasi berbasis AI. |
Untuk memastikan SamaraEdu AI tidak hanya berhenti sebagai gagasan, diperlukan strategi implementasi yang nyata dan berkesinambungan. Langkah awal yang dapat dilakukan adalah meluncurkan pilot project di sekolah-sekolah inklusif, baik di perkotaan maupun di daerah 3T, sehingga aplikasi ini benar-benar teruji dalam beragam kondisi sosial dan infrastruktur. Selanjutnya, pelatihan intensif bagi guru dan orang tua sangat penting agar mereka mampu mendampingi anak menggunakan aplikasi dengan efektif.
Dalam hal ini, training of trainers dapat menjadi kunci untuk memperluas dampak
secara cepat dan sistematis. Selain itu, kolaborasi multipihak harus diutamakan, melibatkan pemerintah, universitas, startup teknologi, komunitas disabilitas, hingga lembaga donor internasional, sehingga SamaraEdu AI berkembang dengan dukungan yang kuat dari berbagai sisi. Agar aplikasi ini tetap berkelanjutan, skema pembiayaan yang tepat juga perlu dipikirkan, misalnya melalui model freemium, sponsor program CSR, atau subsidi pemerintah sehingga anak disabilitas tetap dapat mengaksesnya secara gratis. Tidak kalah penting, aspek keamanan dan etika AI harus dijaga dengan serius, terutama terkait perlindungan data anak dan prinsip akses yang adil, agar teknologi benar-benar menjadi alat bantu yang manusiawi. Jika dikembangkan dan diimplementasikan secara luas, SamaraEdu AI akan membawa dampak signifikan:
- Bagi Anak Disabilitas: memperoleh akses pendidikan yang setara, pembelajaran lebih mandiri, serta rasa percaya diri untuk berkembang.
- Bagi Guru & Orang Tua: terbantu dalam mendampingi anak disabilitas dengan metode yang lebih terarah dan modern.
- Bagi Indonesia: memperkuat citra sebagai negara pelopor inovasi inklusif di Asia Tenggara, sekaligus melestarikan nilai gotong royong melalui teknologi.
- Bagi Dunia: SamaraEdu AI dapat diadopsi sebagai model global pendidikan inklusif berbasis teknologi dengan sentuhan kearifan lokal Nusantara.
Lebih jauh, SamaraEdu AI hadir bukan sekadar sebagai aplikasi pendidikan, melainkan sebagai gerakan besar menuju pendidikan inklusif berbasis teknologi. Visi jangka panjangnya adalah menjadikan Indonesia pelopor inovasi pendidikan inklusif di kawasan regional bahkan global, sekaligus memberikan kontribusi nyata terhadap pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Dengan semangat “Dari Nusantara ke Dunia”, SamaraEdu AI diharapkan dapat menjadi simbol bahwa inovasi anak bangsa mampu menjembatani kesenjangan pendidikan, menghadirkan harapan baru bagi anak disabilitas, serta mempertegas komitmen Indonesia terhadap pendidikan yang setara, adil, dan berkualitas untuk semua.
Untuk mewujudkan gagasan ini, diperlukan kolaborasi lintas sektor: pemerintah sebagai fasilitator, universitas sebagai pusat riset, startup teknologi sebagai pengembang, serta komunitas disabilitas sebagai mitra strategis. Dengan sinergi tersebut, SamaraEdu AI tidak hanya akan menjadi aplikasi, tetapi juga simbol komitmen Indonesia untuk menghadirkan pendidikan inklusif yang mendunia. “Inklusi adalah harmoni; dan dengan teknologi, harmoni itu dapat kita mainkan bersama, dari Indonesia untuk dunia.”
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. (2024). Statistik Pendidikan Tahun 2024. (Online), diakses link, https://www.bps.go.id/id/publication/2024/11/22/c20eb87371b77ee79ea1fa86/statistik-pendidikan-2024.html pada 21 Agustus 2025 pukul 15.55 WIB.
Data.goodstats.id. (2024). 17,85% Penyandang Disabilitas di Indonesia Tidak Pernah Sekolah, Apa yang Salah?. (Online), diakses melalui link, https://data.goodstats.id/statistic/1785-penyandang-disabilitas-di-indonesia-tidak-pernah-sekolah-apa-yang-salah-P7JYL pada 21 Agustus 2025 pukul 16.20 WIB.
De Borba, N. J., Santin Ferreira, V. A., dos Santos, T. P., & Carvalho, S. (2024). Inclusive education. Revista Gênero e Interdisciplinaridade, 5(03), 182–191. https://doi.org/10.51249/gei.v5i03.2073
Madanih, R. (2023). A Model for Inclusive Education in Indonesia: The Lazuardi Global Islamic School. Jurnal Ilmu Sosial Indonesia, 4(1). https://doi.org/10.15408/jisi.v4i1.33367 Oranga, J., Njurai, E. W., Gisore, B., & Areba, G. N. (2024). Inclusive Education (pp.101–119). IGI Global. https://doi.org/10.4018/979-8-3693-1614-6.ch006
Ribeiro, G. C., Simonassi, A. L. M., Pereira, C. R., Rodrigues, É. C., Missagia, E. S., Alves, M. A. de A., Silva, N. C. da, Santos, S. M. A. V., & Souza, S. dos S. R. (2024). Inteligência artificial na educação inclusiva: desafios e oportunidades para alunos com necessidades educacionais especiais. Revista Ibero-Americanade Humanidades, Ciências e Educação, 10(12), 3264–3280. https://doi.org/10.51891/rease.v10i12.17674
UNICEF. (2023). “Laporan Terbaru Menunjukkan Anak-anak dengan Disabilitas Tertinggal dalam Semua Indikator Perkembangan Anak”. (Online), diakses melalui link https://www.unicef.org/indonesia/id/disabilitas/siaran-pers/laporan-terbaru-menunjukkan-anak-anak-dengan-disabilitas-tertinggal-dalam-semua pada 21 Agustus 2025 pukul 16.45 WIB.