Kyai Galang Sewu, Tembalang-Ketua Tanfidziah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur, Bapak KH Marzuki Mustamar menghadiri acara Khotmil Qur’an, Haul Ki Ageng Galang Sewu dan Pangeran Diponegoro di Pondok Pesantren Kyai Galang Sewu, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang, Jum’at (11/03/2022) malam. Susunan acara dalam Pengajian akbar ini meliputi pembukaan, tahlil, penampilan paskibra, menyanyikan Indonesia Raya, Bagimu Negeri, Mars Syubbanul Wathan, sambutan pengasuh, sambutan kepala Kecamatan Tembalang, qiro’ah, mauidhoh hasanah, do’a, penutup.
Dalam tausiyah beliau, Kiai Marzuki, begitu akrab dipanggil menyampaikan urgensi ber-NU. Di awal tausiyah, beliau berpesan untuk ber-NU sampai mati dan jangan pernah keluar dari NU.
“Kita harus ikut NU, konsisten, tidak boleh keluar dari NU, NU sampai mati,” ajaknya, kepada para hadirin.
Kiai Marzuki menjelaskan beberapa alasan kenapa harus ber-NU. Alasan yang pertama, NU merupakan salah satu organisasi masyarakat (ormas) yang konsisten merujuk atau bertendensi pada kitab-kitab Mu’tabarh, al-Mu’tamadah, al-Mutadaawilah bainal ‘ulama’ min Ahlissunnah wal Jamaah yang sudah teruji keshohihannya (kebenarannya) yang tidak pernah menyimpang.
Alasan selanjutnya, ketua PWNU Jawa Timur ini menjelaskan bahwa banyak kelompok di luar NU yang fatwanya menyimpang dari ajaran nabi dan kitab yang dirujuk tidak konsisten. Seperti hal nya masih banyak kelompok di luar NU ketika sholat tidak menggunakan basmallah pada bacaan Al-fatihah, tidak menggunakan qunut subuh, beriftitah dan membid’ahkan wiridan seusai sholat.
“Dahulu, ulama’ dibunuh, kitab dirampas, dimusnahkan, lalu menerbitkan kitab baru dengan judul sama tapi bebepa kalimat nya dirubah,” terang Kiai Marzuki di depan jama’ah.
Dalam tausiyahnya, beliau pun menjabarkan kitab rujukan sebagai alasan mengenai amalan-amalan yang sempat ditentang kelompok luar NU. Seperti halnya kitab rujukan yang menjelaskan qunut yang termuat pada shohih muslim juz 1 halaman 272 dan dalil wiridan yang dibaca keras seusai sholat yang termaktub pada kitab Fathul bari juz 2 halaman 324.
Di akhir tausiyah, beliau berpesan kembali untuk mencintai tanah air. Menurutnya, mencintai tanah air sama wajibnya mencintai agama.
“Cinta tanah air tidak kalah wajib dengan cinta agama. Jika mencintai Rasulullah adalah cinta sempurna, maka cinta negara bagian dari sempurna.Indonesia aman dan iman,” tandas beliau.
Fotografer : Panitia Pubdok Haul
Reporter dan Editor : Atia dan Hassa (Tim Redaksi)